Tuesday, January 19, 2016

About my baby shoes label... Petita Petito

Did you know that I have a baby shoes label named Petita Petito? Awalnya saya menemukan betapa lucunya sepatu-sepatu bayi yang dijual di Etsy.com, tetapi harganya mahal sekali karena kebanyakan made in USA. Saat itu saya yang sedang cuti melahirkan berpikir kenapa tidak coba buat sendiri karena saya kan bisa menjahit dan membuat pola. Akhirnya keisengan saya ini membuahkan hasil sepatu imut-imut untuk baby Jilly.

My first handmade shoes, totally hand-sewn!

Kemudian saya berpikir, kenapa tidak saya coba jual saja secara online mumpung masih cuti melahirkan dan baby Jilly waktu itu lebih banyak tidur. Saya lihat di Instagram pun belum banyak yang menjual sepatu seperti ini di Indonesia. Maka saya pun membuat account Instagram bernama petitapetito untuk menjual sepatu-sepatu handmade saya. Ternyata responnya sangat baik, lumayan untuk menambah uang jajan untuk beli pernak-pernik lainnya buat Jilly.

Namun, kesibukan saya berjualan sepatu bayi ini akhirnya terhenti tidak berapa lama setelah saya masuk kantor kembali. Pekerjaan di kantor membuat saya kesulitan membalas pesanan-pesanan yang masuk lewat LINE dan Whatsapp. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti dahulu berjualan sepatu bayi ini. 

Setelah setahun tidak berjualan, tiba-tiba adik saya yang memiliki usaha online berjualan tenda Indian untuk anak-anak mengatakan bahwa dia akan mengikuti bazaar di Jakarta dan meminta mami dan adik saya satu lagi yang menjaga standnya karena adik saya yang berjualan tenda ini tinggal di Riau ikut suaminya. Seketika itu saya berpikir untuk join bazaar dengannya dengan menjual sepatu bayi lagi. Selain itu, suami juga sudah resign dari kantornya dan sedang merintis usaha sendiri sehingga punya waktu luang untuk membantu saya menyiapkan bazaar ini. 

Ternyata suami sangat mendukung dan lebih niat dari saya sampai membuatkan meja display yang cukup unik. Karena saya bekerja kantoran dan pulangnya sibuk mengurus Jilly yang sudah mulai bandel, produksi sepatu saya oper ke staff jahit yang saya kenal di kantor dan dia mau mengerjakan dirumahnya. 

Ini meja display unik yang dibuat suami. Maaf gambarnya saya ambil dari Instagram petitapetito jadi ada tulisan happy fridaynya :)

Thank God bazaarnya cukup berhasil, untungnya lumayan untuk membesarkan usaha sepatu bayi ini. Malah suami yang jadi semangat menggarap Petita Petito. Sekarang suami yang lebih fokus kepada penjualan dan saya hanya mengurusi produksinya saja. Penjualan lewat online pun sudah aktif kembali dan follower Instagram petitapetito juga terus bertambah. Oh iya, banyak pesanan dari Singapura, Malaysia, dan Australia juga loh.

Ternyata anak memang membawa rejeki, kalau tidak ada anak mana mungkin saya kepikiran untuk membuat sepatu bayi seperti ini. Jilly is really my number one inspiration! Semoga usaha kecil kami ini bisa semakin maju dan saya bisa menjadi mompreneur yang sukses :D





 

When Jilly had continuous seizures

Sudah lama tidak menulis, kali ini saya ingin share pengalaman ketika anak saya, Jilly, bulan September yang lalu mengalami kejang-kejang beberapa kali dalam sehari yang membuat kami sekeluarga sangat khawatir.

Awalnya hari Minggu, saya dan suami mengajak Jilly ke Mall of Indonesia (MOI) karena saat itu kami sedang mengikuti bazaar di sana. Sore sekitar pukul 16.00 kami tiba di sana, aplusan dengan adik saya yang sebelumnya menjaga bazaar tersebut dari pagi. Di mall tersebut, suami lebih sibuk menjaga stand kami, sedangkan saya dan Jilly lebih banyak jalan-jalan dan jajan. Niatnya, saya dan Jilly mau pulang duluan pukul 20.00 naik taksi tetapi akhirnya kami baru masuk taksi sekitar pukul 21.00. Suami tentu saja baru pulang malam sekali karena hari itu hari bazaar terakhir sehingga harus membereskan semua barang dagangan dan properti displaynya.

Sesampainya di rumah, Jilly sudah cukup mengantuk dan tidak lama kemudian setelah berganti baju tidur dia pun terlelap. Jilly punya kebiasaan kalau mau tidur akan menarik tangan saya dan menempelkannya di pipi. Nah, pada saat itu saya merasakan suhu tubuh Jilly sepertinya agak tinggi dan benar ketika diukur dengan termometer suhunya sekitar 380C. Saya pikir mungkin dia kelelahan karena ketika di mall tadi Jilly aktif lari-lari sana sini. Akhirnya malam itu, saya tidak langsung memberi obat penurun panas karena Jilly juga sudah tertidur, kasihan kalau dibangunkan untuk minum obat.

Esok paginya, hal pertama yang saya lakukan ketika bangun tidur adalah mengecek suhu tubuh Jilly dan ternyata sudah normal kembali. Saya pun segera bersiap-siap seperti biasa untuk pergi ke kantor. Biasanya mami saya lah yang menjaga Jilly selama saya bekerja di kantor. Pada saat di kantor, mami saya mengontak saya lewat LINE dan mengabarkan bahwa Jilly buang-buang air besar (diare) dan susah makan. BAB nya juga encer seperti air tidak berampas. Saya pikir mungkin hal tersebut normal karena Jilly sebelum-sebelumnya juga pernah diare apabila baru sembuh dari demam. Saya kabari suami dan kita sepakat untuk membawa Jilly ke dokter besok pagi.

Esoknya, hari Selasa, saya dan suami membawa Jilly ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading karena memang dokter anak langganan kami praktek di sana. RS ini juga dekat dengan rumah dan tepat berada di sebelah kantor saya sehingga saya memutuskan setelah dari dokter, suami akan mendrop saya di kantor dahulu baru setelah itu pulang ke rumah bersama Jilly.

Dokter pun memeriksa Jilly dan saya menceritakan bahwa Jilly sejak kemarin diare dan muntah-muntah, setiap makanan atau minuman yang masuk selalu dimuntahkan kembali. Dokter pun memberi resep beberapa obat yang salah satunya hanya boleh diminum satu kali dan obat tersebut akan menghentikan muntah sehingga makanan bisa masuk ke tubuh Jilly. Selain itu, dokter juga menyarankan agar Jilly diberi makan bubur polos sedikit-sedikit setiap 1 jam sekali dan minum tidak boleh lebih dari 30ml setiap habis makan. Hal ini untuk mencegah Jilly muntah kembali.

Ketika sedang berada di kantor dan Jilly sudah di rumah bersama mami, saya dikabari bahwa obatnya memang ampuh sekali karena hanya 1 kali minum Jilly langsung tidak muntah lagi walaupun masih diare. Kelihatannya obat yang diberikan cukup keras karena dokter sempat menekankan bahwa hanya boleh diberikan satu kali saja. Tetapi sepanjang hari itu Jilly tidak aktif dan ceria seperti biasanya, badannya sangat lemas dan maunya tidur-tiduran saja. Ketika saya pulang kantor pun, Jilly tidak menyambut ceria seperti biasanya dan hari itu Jilly tidur malam lebih awal.

Malam itu, mungkin karena sedang tidak enak badan, Jilly tidur sangat gelisah sampai berguling-guling dan terjatuh dari tempat tidur sampai menangis kencang. Saat itu saya sudah tertidur dan suami sedang di luar kamar sehingga tidak ada yang menyadari kalau posisi tidur Jilly sudah di pinggir ranjang. Suami pun langsung berlari masuk ke kamar dan menggendong Jilly yang terjatuh agar tenang. Untung saja tempat tidur kami memang didesain rendah dan lantai kami menggunakan parkit sehingga kalau terjatuh tidak terlalu sakit, walaupun cukup mengagetkan untuk Jilly yang sedang sakit :( Setelah agak tenang, saya menidurkan Jilly kembali dan kali ini saya langsung memagari Jilly dengan bantal-bantal yang tinggi agar tidak terjatuh lagi.

Pagi harinya, ketika saya sudah siap untuk berangkat ke kantor, saya mencoba membangunkan Jilly yang masih tertidur. Jilly adalah tipe anak yang tidak pernah menangis kalau bangun tidur, malah biasanya senyum ketika membuka mata dan melihat saya di pagi hari. Tetapi hari itu Jilly langsung menangis ketika bangun dari tidurnya. Tangisannya pun lama-lama makin kencang sampai menjerit-jerit sehingga saya berpikir mungkin ada yang sakit di dalam badannya. Suami ikut mencoba menenangkan Jilly sampai akhirnya tangisannya berhenti ketika diberikan iPad. Dengan badan lemasnya, Jilly mulai tertidur kembali di sebelah iPad... namun beberapa detik kemudian matanya tiba-tiba melotot dan bola matanya mendelik ke atas, badanya mengulat ke belakang, kepala menengadah ke atas, dan tangannya naik ke atas, kaku dan kejang. Suami langsung menggendong Jilly lalu berlari ke luar rumah dan meminta mami untuk mengantar ke RS terdekat. Saya lemas seketika itu dan hanya bisa menangis karena shock sekali melihat anak sendiri kejang-kejang seperti itu.

Kami pun segera meluncur ke RS Gading Pluit karena paling dekat dengan rumah kami. Di perjalanan, suami menggendong Jilly dengan posisi miring dan kami semua yang ada di dalam mobil berusaha memanggil-manggil nama Jilly sambil menepuk-nepuk badannya dengan harapan Jilly sadar kembali. Saat itu di mobil Jilly sudah tidak kejang namun tidak bergerak sama sekali dan tidak merespon panggilan-panggilan kami. Saya sempat berpikir yang terburuk, takut kalau Tuhan ambil Jilly dari saya. Sepanjang perjalanan yang sebenarnya tidak sampai 5 menit terasa lama sekali dan kami terus mengucapkan doa sambil bergantian mencoba membangunkan Jilly.

Sesampainya di RS, Jilly langsung dipasangkan alat-alat seperti oksigen dan entah yang lainnya. Saya tidak terlalu memperhatikan peralatan yang dipasang karena sangat fokus membangunkan Jilly karena takut sekali anakku satu-satunya tidak bangun lagi. Tetapi sedikit lega karena dokter yang memeriksa mengatakan bahwa oksigen dan detak jantungnya normal karena biasanya anak yang kejang kadar oksigennya sangat rendah. Walaupun Jilly sudah tidak kejang lagi pada waktu itu, dokter tetap memberikan Stesolid, obat anti kejang, yang dimasukkan lewat dubur. Dokter pun menyarankan untuk dirawat karena takut ada kejang susulan. Setelah berdiskusi dengan suami, kami sepakat agar Jilly dirawat di RS tetapi kami minta pindah ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading karena dokter anak yang biasa memeriksa Jilly ada di sana. Selain itu, suami juga punya pengalaman buruk dengan RS Gading Pluit ini.

Di RS Mitra, dokter anak langganan kami memeriksa Jilly namun menyarankan agar dirawat di rumah saja. Suami pun memaksa tetap dirawat di RS mengingat betapa paniknya kami ketika Jilly mengalami kejang dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Dokter tidak mau menulis surat referensi untuk dirawat di RS karena menurutnya kejang hanya satu kali dan tidak sampai 5 menit sehingga asuransi pun tidak akan mengganti apabila tetap dirawat di RS. Saya dan suami pun menegaskan bahwa kami tidak masalah kalau biayanya tidak diganti oleh asuransi apabila anak kami diopname. Akhirnya dokter mau mengikuti permintaan kami dan Jilly dipindahkan ke kamar perawatan anak.

 

Sesampainya di kamar, sekitar pukul 11.00, Jilly mulai terbangun dari tidurnya dan menjadi sangat rewel. Kemungkinan efek menenangkan dari obat Stesolid sudah mulai hilang. Suami sedang mengambil baju dan botol susu Jilly di rumah sehingga saya hanya ditemani mama mertua dan kakak ipar pada waktu itu. Saya segera menggendong Jilly untuk menenangkannya, tetapi tidak lama kemudian tubuhnya kembali mengejang seperti tadi pagi dan saya segera memanggil suster untuk menolong kami. Jilly pun kembali diberikan Stesolid lewat duburnya dan tak lama kejangnya berhenti lalu tertidur kembali. Untung saja kami tidak mengikuti anjuran dokter untuk merawat Jilly dirumah karena setelah saya baca-baca mengenai kejang pada anak, apabila kejang terjadi lebih dari 5 menit dapat beresiko kerusakan otak. Saya membayangkan apabila dirawat di rumah dan kami sekeluarga menangani dengan panik, bisa saja hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Sekitar pukul 14.00, Jilly terbangun dan lagi-lagi rewel. Kali ini suami sudah tiba di RS dan dialah yang mencoba menggendong untuk menenangkan Jilly. Tetapi kejang serupa kembali terjadi dan kami segera memanggil para suster untuk menolong. Suster yang datang kali ini ada 3 orang, sepertinya lebih banyak dari sebelumnya. Stesolid pun kembali dimasukkan lewat dubur dan tiba-tiba suami yang melihat lebih dekat dengan posisi dubur Jilly memprotes bahwa suster salah memasukkan Stesolid, bukan ke dubur melainkan ke vagina. Sempat terjadi ngotot-ngototan dengan suster yg memasukkan obat dan memang berbeda dengan sebelumnya Jilly tidak berhenti kejang walaupun obat sudah dimasukkan. Akhirnya suster membuka satu bungkus Stesolid lagi dan berhati-hati memasukkan ke dubur Jilly sampai akhirnya Jilly berhenti kejang. Suami pun cukup emosi dengan hal ini karena suster tersebut bisa salah memasukkan obat apalagi kepada anak yang masih berumur 1,5 tahun. Untungnya dokter dan manajer RS datang dan meminta maaf kepada suami, selain itu mereka juga meminta dokter obgyn untuk memeriksa apakah ada selaput dara yang robek atau tidak. Puji Tuhan hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada masalah apa-apa pada vagina yang salah dimasukkan obat.

Singkat cerita, setelah kejang tersebut Jilly sudah tidak kejang lagi, namun diare nya masih parah sampai harus diinfus supaya tidak kekurangan cairan. Infus ini juga untuk memasukkan obat kalau-kalau terjadi kejang lagi karena Jilly sudah 3 kali diberikan Stesolid dalam sehari sehingga sudah agak over dosis. Selama di RS, Jilly menjalani pemeriksaan EKG, lalu sempat mau MRI tetapi tidak jadi karena terlalu rewel. Akhirnya diare membaik setelah 4 hari di RS dan dokter memperbolehkan pulang. Hasil diagnosa dokter mengatakan bahwa Jilly kemungkinan epilepsi tetapi perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter ahli saraf anak yang direkomendasikan. Dokter juga memberi resep obat epilepsi bernama Depaken dan meminta Jilly meminum obat tersebut selama 2 tahun.


Minggu depannya, kami sudah janjian dengan dokter ahli saraf anak yang direkomendasikan. Kliniknya tepat di belakang Mal Kelapa Gading. Disana Jilly diperiksa dan menurut sang dokter respon Jilly sangat bagus, tidak seperti anak yang epilepsi. Dokter juga memeriksa hasil EKG Jilly dan mengatakan hasil EKG tersebut sangat bagus, tidak ditemukan kelainan apa-apa. Dokter juga menganjurkan untuk berhenti minum Depaken karena menurutnya bukan epilepsi. Oh iya, dokter juga mengatakan kalau kejang-kejang terjadi beberapa kali dalam sehari maka masih dihitung kejang 1 kali. Saya dan suami pun sangat lega mendengarnya.

Jadi, kesimpulannya kemungkinan besar Jilly kejang-kejang karena kekurangan cairan mengingat dua hari sebelumnya Jilly diare dan muntah-muntah ditambah lagi minum airnya dibatasi oleh dokter, padahal Jilly termasuk anak yang banyak minum. Di samping itu, anak sepupu saya juga pernah mengalami hal yang sama, kejang-kejang akibat diare dan muntah-muntah. Atau bisa saja karena obat muntah yang diberikan cukup keras untuk anak seumur Jilly. Namun itu semua hanya pemikiran saya sendiri. Yang penting saya berdoa terus agar Jilly selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan.

Nah, berikut tips untuk mengatasi kejang pada anak:
  1. Jangan panik (walaupun saya cukup panik ketika hal ini terjadi), segera pindahkan anak ke tempat yang aman dan jauh dari benda-benda berbahaya.
  2. Segera longgarkan atau bahkan lepaskan semua pakaian anak Anda agar tidak mengganggu pernapasannya.
  3. Miringkan tubuhnya dan biarkan anak mengeluarkan air liur karena pada saat ini biasanya syaraf yang mengatur kelenjar air liur tidak terkontrol lagi. Hal ini bertujuan agar cairan langsung keluar sehingga tidak menggenang di mulut dan menghambat saluran pernafasan.
  4. Anjuran dari dokter kami, jangan sekali-kali memasukkan sendok atau benda keras lainnya dengan maksud agar anak tidak menggigit lidahnya sendiri, karena salah-salah bisa jadi gigi anak malah patah. Harusnya dengan posisi tubuh dan kepala miring, anak tidak akan menggigit lidahnya sendiri.
  5. Gunakan obat penghilang kejang yang disarankan oleh dokter. Obat ini diberikan kepada anak melalui anus. Obat penghilang kejang yang beredar di pasaran adalah Stesolid. 
  6. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat. Hal ini bertujuan agar otak tidak terlalu lama tidak mendapat oksigen karena dapat mengganggu otak sang anak.
Semoga tips di atas membantu ya para mommies! 
Sekarang di rumah kami selalu sedia Stesolid di kulkas. Tetapi sampai saat ini Jilly sudah tidak pernah kejang lagi dan semoga tidak akan pernah kejang lagi! Jilly sekarang sudah ceria lagi dan bahkan setelah keluar dari RS saya merasa Jilly semakin jelas dan pintar bicaranya :) 




Monday, July 21, 2014

My Jillian

Okay... My last post on this blog is on Nov 2012. And now, I have become a mom! 
So, I just want to introduce you to my super cute daughter...

JILLIAN HEAVENLY HERLI
Born on Dec 26, 2013



Now, she is my everything. I love her maybe a little bit more than her daddy :)
Next time, I will share my story when delivering this little cutie to the world. Don't miss it, guys!


Tuesday, November 20, 2012

Cool Leather Jackets & Vests from David Andersen SS2013

I always love leather jackets... but don't have one :( Still don't know when or where to wear if I buy one since the weather is always hot and sunny in Jakarta. Well, my hubby is planning to buy one for him to be worn when riding his motorbike, he's a true biker! 

Here are some cool leather outers from David Andersen SS2013 collection... Assymetric is the key!











Wednesday, August 29, 2012

Purplish Hair








What do you guys think? Light purple or dark purple?

Tuesday, July 31, 2012

black & gold

Well, October is the month I've been waiting for. My lil sis will be getting married and after that my best friend will also exchange the wedding vow. Sooo excited to be their witness on the D-day.

I am planning to wear my morning outfit at my lil sis' wedding ceremony as my evening outfit at my best friend's wedding reception. And since I have some kind of black body hugging dress that my hubby likes very much, so I decided to wear it, just need to add a sheer maxi skirt to give the edgy look. Not forgetting some studded accessories in gold color to make some statement.

Then I don't know why somehow I tried to do mix&match at polyvore, and this is the result of what I want to look like... hope you guys will also like this! XOXO


black & gold

Thursday, July 19, 2012

WILDFOX Fall 2012

Always in love with Wildfox... Their clothes are usually over-sized and unisex which I like sooo much... and these are from their Fall 2012 lookbook...